Jumat, 29 April 2016

MiniLyrics 7.7.49 Terbaru 2016

MiniLyrics 7.7.49 Terbaru 2016 merupakan sebuah software yang membantu kita dalam menampilkan lirik dari sebuah lagu. Meskipun software pencari dan penampil lirik lagu ini berukuran kecil, tetapi kehebatan dari MiniLyrics 7.7.49 ini gak perlu diragukan. Sobat bisa dapat dengan mudah mendapatkan dan melihat lirik lagu dari daftar putar musik yang sobat inginkan. Tidak hanya support dengan lagu berbahasa inggris, MiniLyrics juga support lagu-lagu pop lokal Indonesia. Buat yang hobi nyanyi wajib punya MiniLyrics ini loh.

Panduan Instalasi :
  1. Lakukan proses instalasi minilyric sampai selesai.
  2. Tutup minilyric setelah proses instalasi selesai.
  3. Lakukan modifikasi file hosts ( Lokasi file : C:\Windows\System32\drivers\etc ) dengan menggunakan Notepad++
  4. Masukkan teks berikut ini pada baris paling bawah.
    74.208.224.110 minilyrics.com
    74.208.224.110 http://www.minilyrics.com
  5. Jalankan Pemutar Musik sobat. Biasanya secara otomatis minilyric akan secara mencari dan terintegrasi dengan media player yang berjalan.
  6. Pastikan koneksi internet hidup agar MiniLyrics dapat melakukan pencarian lirik dari lagu yang diputar.
  7. Enjoy and listen to the music!
Ayo download di sini

Kamis, 28 April 2016

Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) terlengkap

Dalam pembelajaran di kelas kita sebagai guru harus membuat siswa merasa nyaman dan merasa senang terhadap materi yang sedang kita sampaikan. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan adalah dengan mode model pembelajaran think pair share. Kalau kita dalam mengajarnya tidak menggunakan variasi model pembelajaran maka siswa cenderung merasa bosan. Kita berfikirnya kalau seandainya kita sebagai siswa pasti kita akan merasakannya. Siswa akan merasa senang jika gurunya kreatif dalam mengajar. Oke …. Pada artikel ini saya akan membahas secara lengkap mengenai apa itu model pembelajaran think pair share  secara lengkap dan jelas.

Pada tahun 1985 di Universitas Maryland Frank Lyman dkk mengembangkan model pembelajaran think pair shareModel pembelajaran think pair share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Model ini mengedepankan siswa untuk berperan aktif bersama dengan teman kelompoknya dengan cara berdiskusi untuk memecahkan suatu permasalahan. Menurut Frank Lyman sebagaimana dikutip oleh Arends (1997), think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membentuk variasi suasana diskusi kelas. Beberapa keunggulan model ini adalah think pair share meningkatkan kemampuan siswa karena siswa mengingat dan menyampaikannya kepada siswa lain yang masih dalam kelompokya. Siswa saling menyampaikan idenya dalam menyelesaikan permasalahan bersama dengan teman kelompoknya.
Ada tiga tahapan dalam model pembelajaran think pair share, yaitu thinking, pairing, dan sharing.
# thingking/berpikir
Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Guru memberikan waktu beberapa menit kepada siswa untuk memikirkan jawabannya. Biasanya waktu 3 menit. Siswa berfikir mencari jawabannya secara mandiri.
# pairing/berpasangan
Guru memberikan perintah kepada siswa untuk membentuk kelompok dengan cara berpasangan dengan temannya. Siswa mendiskusikan pertanyaan yang sudah diberikan guru pada tahap pertama dengan teman pasangannya. Dalam diskusi tersebut terjadi penyatuan pendapat atas jawaban yang mereka pikirkan. Waktu dalam tahap ini kira-kira 5-7 menit.
# sharing/berbagi
Pada tahap ini guru meminta siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya kepada teman-temannya. Penyampaian hasil tugas bisa di depan kelas untuk menghemat waktu. Guru memanggil beberapa kelompok siswa untuk menyampakan hasil jawabannya.
Langkah-langkah dalam model pembelajaran think pair share  adalah:
class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"> # Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
#Guru memberikan appersepsi mengenai materi yang disampaikan
#Guru menyampaikan isi materi
#Guru memberikan pertanyaan kepada siswa kemudian siswa diberikan waktu untuk berpikir.
# Siswa berpikir untuk memperoleh jawaban (waktu kurang lebih 3 menit)
# Siswa diminta untuk berpasangan dengan temannya
#  Siswa berdiskusi dengan pasangannya untuk memecahkan pertanyaan guru.
# Siswa menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas
# Guru memberikan kesimpulan dan meluruskan jawaban siswa dan menambah jawaban siswa.
Kelebihan model pembelajaran think pair share  adalah:
# siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran
# melatih siswa untuk bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas
# interaksi siswa mudah terjadi dan saling aktif
# lebih cepat membentuk kelompoknya karena berpasangan
# timbul rasa percaya diri kepada siswa
# melatih siswa untuk berbicara di depan umum
Kekurangan model pembelajaran think pair share  adalah:
# banyak kelompok yang perlu diawasi guru
# ide yang dihasilkan siswa lebih sedikit karena hanya berpasangan
# bergantungnya siswa pada pasangannya
# kalau ada perselisihan yang tidak mau mengalah tidak ada penengahnya

Selamat mempraktekannya

Selasa, 26 April 2016

NRG (Nomor Registrasi Guru)

Nomor Registrasi Guru (NRG) Sertifikasi tahun 2015 telah keluar. Bagi yang memerlukan SK dan daftarannya dapat didownload :
1. SK Penetapan NRG bisa didownload di sini
2. Lampiran 1 Jawa Barat bisa didownload di sini
3. Lampiran 2 Jawa Barat bisa didownload di sini
4. Lampiran 3 Jawa Barat bisa didownload di sini

selamat bagi rekan-rekan yang mendapatkan NRG, tinggal tunggu pemberkasannya. semoga bermanfaat.

PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) NON PNS KAB GARUT

Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PKG) Non PNS ada perubahan atau revisi yang dapat didownload di SINI

Latar Belakang Penilaian Kinerja Guru
Dalam dunia pendidikan, khususnya sekolah, guru merupakan elemen paling penting. Mengapa? Semua hal yang berkaitan dengan pendidikan, mulai dari kurikulum pendidikan, biaya pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, serta hal lain yang berkaitan dengan dunia pendidikan akan menjadi tidak berarti jika interaksi guru dan peserta didik tidak berjalan dengan baik. Bagaimanapun juga, interaksi yang baik antara guru dan peserta didik ini merupakan esensi dari sebuah pembelajaran.
Tugas dan peran guru dalam mentranformasikan segala input pendidikan sangatlah vital. Bahkan, saking vitalnya tugas dan peran guru ini membuat banyak kalangan, terutama pakar pendidikan yang menilai bahwa perubahan kualitas pendidikan hanya akan tercapai jika kualitas gurunya ditingkatkan. Namun sayang, saat ini masih sangat sulit untuk mengetahui realita tentang seberapa berkualitasnya seorang guru.
Jangankan mengetahui kualitas seorang guru secara pasti, untuk mendapatkan data real terkait performa guru di hadapan peserta didik pun tidaklah mudah. Bahkan, seorang kepala sekolah dan pengawas yang notebene kerap melakukan penilaian tidak pernah mendapatkan hasil yang akurat. Ini terjadi karena dalam kultur budaya Indonesia, kinerja guru ini masih sangat tertutup.
Contoh kasus, ketika seorang kepala sekolah atau pengawas hendak melakukan penilaian terhadap seorang guru, biasanya guru tersebut akan menampilkan performa terbaiknya di hadapan peserta didik. Semua persiapan terkait instrumen dan pelaksanaan pembelajaran akan dipersiapkan dengan maksimal. Selesai pengawasan, mungkin guru tersebut akan kembali memperlihatkan performa yang biasa-biasa saja. Bahkan, tak jarang guru melaksanakan proses pembelajaran dengan tanpa persiapan dan antusiasme yang maksimal.
Melihat dari latar belakang yang sudah diuraikan tadi, dapat ditarik sebuah simpulan bahwa PKG merupakan sebuah hal yang benar-benar harus diperhatikan dengan serius. Bahkan, bisa dibilang PKG ini sudah menjadi sebuah keharusan yang tidak boleh ditunda-tunda oleh kepala sekolah atau pengawas pendidikan. Penilaian ini merupakan salah satu kompetensi yang benar-benar harus dikuasai pengawas pendidikan, khususnya sekolah, karena PKG merupakan bagian dari kompetensi evaluasi pendidikan. Lalu, apa saja yang harus dikuasai pengawas agar bisa melakukan PKG?
Seorang pengawas tentunya tidak boleh gegabah dalam memberikan PKG ini. Terdapat beberapa kemampuan yang harus dikuasai pengawas agar dapat memberikan PKG dengan tepat. Adapun kemampuan tersebut meliputi hal-hal berikut.
  1. Memahami lingkup variable yang akan dinilai, terutama terkait penguasaan kompetensi professional guru.
  2. Mempunyai susunan instrumen atau standar penilaian guru.
  3. Memiliki data akurat beserta hasil analisisnya terkait performa guru dalam proses pembelajaran.
  4. Membuat penilaian akhir atau sebuah simpulan tentang kinerja guru yang diawasinya.
Sebagian kalangan ada yang menganggap PKG ini merupakan sebuah bentuk sangsi terhadap kemampuan guru, terutama yang sudah memiliki sertifikat profesi. Padahal, anggapan tersebut tidaklah benar. PKG dilakukan untuk meningkatkan kemampuan penguasaan kompetensi guru dan mengembangkan kinerja keprofesiannya. Selain itu, hasil dari PKG ini pun diperlukan untuk kenaikan pangkat dan golongan guru yang bersangkutan.
Dengan demikian, guru tidak perlu khawatir apalagi takut dengan adanya pemberlakukan sistem PKG ini. Toh, pengawasan terhadap kinerja guru bukanlah hal yang asing mengingat hal ini sudah sering dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah. Sekalipun hasil penilaian yang didapat masih kurang, para guru tidak lantas akan dikeluarkan dari sekolah. Guru-guru yang ternyata mendapat hasil penilaian kurang, justru akan diikutsertakan diklat atau pelatihan guna mengembangkan kemampuannya.